Minggu, 10 Maret 2019

Rumput dan Persfektif yang berbeda


Terkadang dalam kehidupan ini ada begitu banyak hal terjadi yang tidak kita sukai dan tidak diinginkan. Bahagia dan sedih seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan dari setiap orang yang masih bisa bernapas didunia ini.

Jika rasa sedih hanya dilihat dari satu arah saja, maka sangat sulit sekali kita menemukan kata bahagia. terlalu terfokus pada rasa sedih dan mengkesampingkan kebahiagan-kebahagian yang telah ada disekitar kita adalah kegiatan yang sia-sia.

Mari sejenak kita merenungi dan beristirahat dari semua lelah, pernahkah kita berfikir bahwa kita adalah orang yang sangat beruntung??
Kenapa kita adalah orang beruntung?

Karena jika kita menghitung kenikmatan yang sedang kita pakai sehari-hari secara Cuma-Cuma? Mampukah?

Mulai dari pagi hari bangun tidur, apa yang pertama kali kita lakukan?? Tentunya adalah kita memerlukan oksigen untuk bernapas, nah oksigen ini adalah sesuatu yang sangat mahal harganya. Coba kita bandingkan diluar sana saudara-saudara kita yang sedang dirawat dirumahsakit, dengan biaya yang tidak sedikit untuk membayar satu tabung oksigen, dan berapa banyak tabung oksigen yang ia butuhkan sehari.

Setelah oksigen, mari kita liat ketubuh kita kembali, bersyukurlah bahwa kita masih memiliki mata yang sehat yang kita gunakan untuk melihat, diluar sana juga banyak saudara kita yang tidak seberuntung kita, yang tidak bisa melihat indahnya dunia.

Itu hanyalah sebagian kecil dan sebagian dari anggota tubuh yang nampak yang harus kita syukuri. jika kita telusuri lebih dalam lagi. Organ organ yang sangat penting dan mahal sekali yang juga kita gunakan secara gratis, Jantung, Ginjal, Hati, pernahkah kita berfikir jika organ-organ ini rusak,,kemana kita akan cari. Karena kita telah diberi masing-masing jatah oleh sang pencipta. Mari kita jaga dan kita rawat dengan hati yang penuh rasa syukur.


Sama halnya seperti objek dalam foto yang kebetulan saya ambil saat acara Outbound LPPM Unand di Malibo Anai Sumatera Barat (9/3/19).

Sekilas dalam foto yang menjadi objek hanyalah rumput yang tumbuh di jalan yang sama sekali tidak dianggap dan tidak sama sekalipun dilirik. Terkadang Oleh seorang petani rumput adalah tumbuhan yang harus dibasmi karena merusak tanaman yang sedang digarapnya.

aduh kasiannya sang rumput, jika dia mampu berbicara pasti ia akan membela diri “bahwa ia juga mahkluk tuhan yang punya hak untuk hidup”.
Alhasil, karena hanya melihat dari satu arah, rumput menjadi sesuatu yang sangat tidak berharga. Akan berbeda jika kita melihat dari sudut pandang yang lain.

Rumput akan bernilai sangat indah sekali dan berharga sangat mahal jika dia berada ditangan orang yang profesional. Dia tidak menganggap rumput adalah sesuatu yang harus dimusnahkan. Tetapi ia akan menjadikan rumput menjadi sesuatu yang sangat indah yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Dengan segala upaya, keterampilan, kegigihan, dan kreatifitas, ide-ide sehingga rumput menjadi objek yang indah.

Nah dari analogi diatas, terkadang kita hanya melihat dari satu arah saja, tanpa mau melihat sesuatu dari arah yang berbeda. Terlalu mudah mengambil keputusan bahwa sesuatu itu tidak berharga. Yang berharga adalah yang sedang dirawat, dibina saja.

Tapi apakah kita sadar, kita hanya sedang terfokus pada diri sendiri tanpa mau peduli dengan orang luar. Rumput yang kita anggap tidak berharga, malah dilingkungan luar sana ia diistimewakan.

Dari analogi diatas semoga kita bisa belajar melihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Bahwa semua orang yang diciptakan oleh sang pencipta adalah istimewa, setiap orang punya kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Jika kita dianugrahkan kelebihan, semoga bisa kita gunakan dengan sebaik-baiknya, tidak semena mena dengan kelebihan yang kita miliki. Berbagi dan berbuat baiklah, karena apapun yang kita lakukan akan dibalas sama, meski terkadang oleh orang yang berbeda.

Sebaiknya, atas kekurangan yang kita miliki, jangan berkecil hati, mari kita berusaha dan berikhtiar atas kekurangan semoga kita bisa mendapat solusi dari apa yang sedang kita alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar