Namanya saja juga kunci, tentunya sebagai suatu kunci
peran komunikasi sangat lah penting, bagaimana orang lain akan memahami apa
yang kita inginkan jika tidak dikomunikasikan. Jangan berharap jika dengan
kode-kodean orang akan paham dan memahami yang kita inginkan.
Mulailah berkomunikasi, sampaikan apa yang diinginkan,
tidak apa-apa memberanikan diri, jika yang kita sampaikan itu benar maka
pendengar akan merespon apa yang kita inginkan. Dan jikapun yang kita sampaikan
belum baik, maka sesungguhnya kita sudah belajar untuk mengkomunikasikan apa
yang sedang kita keluhkan, sehingga bisa dicarikan solusi terbaik.
Kurangnya komunikasi yang baik, baik itu dalam Tim Kerja (Atasan
ke Bawahan, begitu sebaliknya, sesama rekan kerja) maupun dalam suatu hubungan
(persahabatan, hubungan keluarga).
Jika dalam dunia kerja tidak terjalinnya komunikasi yang
baik disetiap stackholder, baik dari pimpinan ke bawahan ataupun sebaliknya.
Maka dipastikan akan timpang tindih dalam manajeman pekerjaan.
Si Bos merasa bahwa anak buahnya tidak becus dan tidak
mampu bekerja dengan profesional, setiap perintah tidak dilaksanakan, hasil
yang tidak sesuai dengan ekspektasi seorang atasan.
Si Bawahan dengan persfektifnya juga merasakan hal yang
sama, menganggap bahwa bos tidak mengerti manajeman, tidak paham administrasi,
alhasil pekerjaan dilakukan suka-suka.
Maka apa yang akan terjadi jika komunikasi sudah tidak
lagi perjalan dua arah??
Siapa yang disalahkan?
Tentu ini tidak serta merta kesalahan satu orang, Bos
ataupun Bawahan. Melainkan kurangnya komunisi antara bos dan anak buahnya.
Sibos dengan fikirannya dan bawahan dengan persfektifnya pula.
Menanggapi hal ini, tentu peran komunikasi sangatlah
penting, Atasan sebaiknya mengkoordinasikan apa-apa pekerjaan yang akan
dikerjakan oleh bawahan, masalah apa yang menjadi kendala, hal apa yang membuat
pekerjaan itu mudah ataupun sulit. Jika kendala apa saja yang perlu
diperhatikan.
Oleh bawahan, jika menemui kendala terhadap tugas yang
diamanahkan oleh atasan, lakukanlah dengan setulus hati, jika menemui kendala
sampaikan, jagan didiamkan komunikasikan biar ketemu solusi.
Kisah ini berangkat dari suatu pejaran yang dapat diambil
pelajarannya ketika saya mengikuti Outbound LPPM Unand (10/3/19) di Malibo
Anai, Padang Sumatera Barat, meskipun yang kami praktekkan saat itu hanyalah
bermain akan tetapi manfaatnya sangat luar biasa. seorang pemandu outbound
memberikan suatu permainan yang filosofinya identik sekali dengan komunikasi.
Permainan itu saya beri nama “Permainan Tali” karena menggunakan alat bantu
tali dalam pelaksanaannya.
Permainan dilakukan oleh dua orang, masing-masing peserta
diberi satu buah tali yang kedua ujung tali sudah dibuatkan simpul sehingga
nantinya masing-masing tangan iikat dengan tali. Lawan bermain juga diberikan
tali yang juga sudah diberikan simpul dimasing-masing ujung.
Kelihatan Sederhana, tetapi jika tidak dikomunikasikan
permainan ini akan sangat sulit dan tidak akan menemukan hasil. Namun
sebenarnya permainan ini hanyalah butuh komunikasi antara peserta.
Filosofinya adalah, tali adalah sebagai sumber masalah,
peserta harus mengkomunikasikan siapa yang memegang tali sebagai masalah yang
harus dipecahkan, dan siapa sebagai pemegang tali yang bertindak sebagai
solusi. Nah setelah sudah dikomunikasi kan peran masing-masing. Peserta yang
memegang tali sebagai solusi akan melalukan tindakan, aturan mainnya adalah
sebagai berikut :
- Ambil bagian tengah tali yang bertindak sebagai solusi.
- Bawa kepinggir kiri atau kanan tangan peserta yang memegang peran sebagai masalah.
- Masukan tali tersebut dari arah atas, lalu masukan lagi kesalah satu tangan tali yang bertindak sebagai masalah
- Tarik masing-masing tali, sehingga tali tersebut lepas
Sepertinya sepele, tapi tanpa komunikas yang baik, itu
akan menimbulkan masalah yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar