Kamis, 07 Maret 2019

Bermimpi Besar (Big Dream)






Trilogi 5 Menara
(Novelis Asal Minang)
Peresensi : @hamsiah.h





Judul Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : A. Fuadi
Penerbit : PT. Gremedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama Juli 2009, Kesebelas  April 2011
Jumlah halaman: 423

Judul Buku : Ranah 3 Warna
Penulis : A. Fuadi
Penerbit  : PT. Gremedia Pustaka Utama
Cetakan  : Pertama januari 2011, Keempat  Juli 2011
Jumlah halaman : 473

Judul Buku  Rantau 1 Muara
Penulis    : A. Fuadi
Penerbit  : PT. Gremedia Pustaka Utama
Cetakan : Mei 2013
Jumlah halaman: 401

Di buku pertama,,"Negeri 5 Menara", penulis banyak menceritakan kehidupan seorang alif Tinggal dan belajar banyak di pondok pesantren, tepat nya di pondok Madani,,yang berlokasi jauh sekali dari kampung halaman Maninjau, Sumatera Barat. Untuk Sampai di pondok Madani yang kala itu masih menggunakan transportasi darat,,alif kecil harus menempuh perjalanan selama tiga hari untuk sampai di provinsi Jawa Timur, tepatnya di Pondok Madani.

Alif yang cita cita nya adalah menjadi seorang insinyur, jelas menolak permintaan Amak (Ibu) untuk melanjutkan sekolah agama, ia merasa ilmu agama sudah cukup ia pelajari di madrasah Tsanawiyah (MTSN) atau setingkat SMP,,,,dia bahkan sudah punya rencana,,kelak setamat Madrasah Tsanawiyah ia akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) bersama sahabat nya Randai akan belajar dengan gigih supaya kelak mereka di terima di kampus ternama ITB, kampus yang bapak BJ Habibie juga pernah belajar disana.
Namun,, semua rencana dan harapan alif,,harus kandas di jalan karena amak tetap bersikukuh bahwa alif harus melanjutkan sekolah agama,,amak berprisip "Amak ingin memberikan anak yang terbaik untuk kepentingan agama" (hal. 9).
Mogok pun dilakukan alif,,,mengurungkan diri dikamar berharap keputusan amak bisa berubah, namun hasilnya tetap NIHIL.
Sadar akan pepatah “Surga dibawah telapak kaki ibu” akhirnya alif menuruti permintaan amak,  dengan syarat, bahwa ia akan melanjutkan sekolah agama di luar Sumatera Barat....
....
Masuk ke pesantren dengan gampang tanpa perlu melewati tahap seleksi seperti sekolah umum adalah ekspektasi yang alif bayangkan. Namun diluar dugaan, ada dua ribuan orang anak yang datang ke Pondok Madani untuk mengikuti tes masuk bersaing untuk bisa menimba ilmu di PM. Dan hanya bisa diterima empat ratus orang siswa,,, persaingan yang ketat banyak yang akan didiskulalifikasi
Beruntung, saat pengumunan kelulusan alif diterima di Pondok Madani.  Suatu keberuntungan besar bisa di PM. di PM alif bertemu dengan sahabat-sahabat dari berbagai provinsi sebut saja Atang dari Bandung, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Madura dan Baso yang kelak mereka menamakan diri Shahibul Manara artinya mereka sering belajar dan ngumpul dibawah Menara yang ada di Pondok madani . disini juga  mereka mulai membangun impian masa depan masing-masing.
Alif adalah sosok, yang menggambarkan awan-awan langit Pondok Madani sebagai Benua Amerika
Raja, yang memilika imajinasi lain menggambarkan awan-awan sebagai benua Eropa
Atang dan Baso punya juga punya imajinasi bahwa awan-awan itu merupakan bentuk Kontigen Benua Asia dan Afrika, Timur Tengah
Terakhir Said dan Dulmajid, mereka tetap cinta indonesia, dan menggambarkan awan-awan adalah Indonesia.
Kelak pada masing-masing impian yang mereka ucapkan di bawah menara PM berhasil mereka capai dengan cara masing-masing.
Dilanjutkan dengan novel kedua “Ranah 3 Warna”.
“Man Jadda Wajada” (Hal 40)
Adalah kalimat yang menjadi senjata paling ampuh yang selama alif menimba ilmu di Pondok Madani “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil”.
Kalimat ini selalu di tanam dalam hati, bahwa yang bersungguh sungguh pasti akan berhasil.
Berada di PM tidak lah segampang seperti membalikkan telapak tangan, penegakan disiplin yang ketat, mengharuskan setiap siswa menaati semua peraturan yang telah dibuat. Di PM para siswa diajarkan untuk disiplin mulai dari hal yang sangat kecilpun hingga yang besar yang berujung dikeluarkan dari PM. Mulai dari bahasa sehari-hari, jam bangun, jam tidur, jam makan, apasaja jenis makanan, label nama yang juga harus di sematkan setiap hari. Dan masih banyak lagi peraturan lain. para siswa harus menggunakan bahasa inggris dan bahasa arab diwaktu yang telah ditetapkan.
Perlahan namun pasti alif yang sedari awalnya menolak untuk masuk pesantren dan hanya akan mencoba selama setahun akhirnya luluh dan menikmati selama menjadi santri di Pondok Madani.
Libur semester adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh santri yang ada di PM. Selama libur mereka bebas dari semua peraturan ketat Pondok, para santri juga diperbolehkan untuk kembali ke kampung halaman. Namun berbeda dengan alif dan Baso, mereka memutuskan untuk tidak pulang ke kampung halaman, bukan karena tidak ingin, namun kendala mereka ada pada uang saku yang dikirim dari kampung belum juga sampai saat liburan datang. Alhasil mereka memilih untuk tinggal di pondok.
Rencana berubah saat Atang mengajak keduanya untuk ikut liburan ke Bandung. Suatu momen yang belum pernah dirasakan sebelumnya oleh alif dan Baso, sesampainya di bandung Atang juga Alif dan baso ke mengunjungi ITB kampus yang selama ini diidam-idamkan.
Ternyata benar “Rizki Allah itu Luas, Allah memberika Rizki kepada siapa yang ia kehendaki”.
Alif dan Baso yang sebelumnya tidak punya uang saku, namun allah berkehendak lain, dibandung dengan bekal ilmu yang mereka peroleh dari PM, mereka di percaya mengisi sebuah ceramah agama di salah satu mesjid di Unpad, dengan penuh percaya diri Alif yang memeng jago berbahasa inggris memberika pidato dalam dengan penuh percaya diri.
Sementara baso, membawakan pidato dalam bahasa arabnya yang fasih.
Empat tahun berlalu, pertanda perjuangan para alif dan kawan seangkatan akan berakhir di PM, mereka harus mengikuti ujian akhir di PM. Selama menimba ilmu di PM karakter santri telah ditempa dan dibentuk menjadi seorang pemimpin.
“Setiap orang adalah pemimpin, tidak peduli siapapun paling tidak untuk mereka sendiri.
Para santri dilepas, untuk melanjutkan perjuangan demi masa depan yang mereka impikan.
Mereka telah diajari memahami arti kerja keras, seperti kutipan “ada dua hal yang paling penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Lebihkan usaha, waktu, upaya, tekad dan sebagainya.
Resep yang kedua adalah tidak mengizinkan diri dipengaruhi oleh unsur dari luar, oleh siapapun, apapun, dan suasana bagaimanapun. Artinya jangan mau sedih, marah, kecewa dan takut karena faktor luar, kita lah yang berkuasa atas diri sendiri.” hal. 107
..........
lanjutan dari kisah alif kecil di pondok berlanjut pada buku kedua ini "Ranah 3 Warna".
Dalam buku ranah 3 warna, penulis lebih banyak menceritakan kisah hidupnya setelah tamat dari pesantren PM dan harus berjuang untuk masuk perguruan tinggi. Serta kisah  selama menjadi mahasiswa, bagaimana semangat, usaha dan ujian yang dialaminya. Yang kelak semua penderiaan itu akhirnya tebayar dengan prestasi yang diperoleh . Lengkap perjuangan bagaimana alif menjadi duta untuk indonesia di Amerika. Adalah Suatu mimpi yang besar yang diwujudkan alif bisa menjejekkan kaki di luar negeri.
Perjuangan alif tidak berhenti setelah menamatkan PM (Pondok madani), alif harus belajar lebih keras lagi karena pada masa itu, PM  tidak mengeluar ijazah seperti sekolah umum lainnya. Jadi alif tamat bukti legal yang sah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Semangat pantang menyerah, membuat ia belajar sekuat tenaga ia punya kesempatan untuk mengikuti ujian persamaan SMA atau Paket C agar bisa ikut UMPTN (Ujian bersama masuk perguruan Tinggi Negeri). Segala usaha ia lakukan agar mampu mengejar ketertinggalan pelajaran SMA dari kelas X hingga XII. Ia pinjam buku Randai dan bertanya jika ada yang belum ia mengerti.
Usaha memang tidak pernah menghianati hasil, alif dengan usaha maksimalnya akhirnya berhasil melewati satu tantangan yaitu lulus mengikuti ujian persamaan. Paket C.
Perjuangan berlanjut, kini alif harus extra belajar lebih agar mampu bersaing diantara siswa pelamar yang juga merebutkan kursi untuk bisa kuliah di Universitas Favorit. Banyak yang meremehkan cita-cita alif untuk masuk Universitas karena mereka beranggapan bahwa tamatan pondok sulit untuk bersaing di UMPTN. Namun alif dengan kerja kerasnya membuktikan bahwa semua keraguan terhadap dirinya tidak lah benar. “Man Jadda Wajadda” Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Kali ini alif harus mengubah haluan. Ia sadar ia keteteran untuk pelajaran hitungan. Jelas tidak mungkin jika harus kekeh ingin ke ITB, dengan berat hati keputusan memilih jurusan IPS adalah jalan satu-satunya agar bisa di terima di Perguruan Tinggi Negeri.
Hari yang ditungu-tunggu, akhirnya datang dengan pesaraan karuan deg degan, cemas, takut. Karena Hari ini adalah pengumunan hasi seleksi UMPTN. Karena pada masa itu infomasi masih sangat mahal harganya. Dan alat komunikasi belum secanggih sekarang. Alif harus menunggu koran dari kota untuk bisa melihat hasil dari UMPTN.
Tint...ting....
Hening seketika,,,,mata alif kesana kemari melihat nomor ujian yang ia simpan. Dan dengan senyum penuh bahagia ia menemukan satu nama yaitu “Alif Fikri”. Tanda nya ia sah di terima di Unpad di jurusan hubungan internasional.
Doa alif didengarkan oleh tuhan, mesikupun bukan di ITB, tapi di Unpad
Tuhan itu memberika sesuatu yang terbaik buat hambanya, yang lebih cocok, baik untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Karena kita tidak tau apa kejadian di masa depan yang terbaik untuk kita jalani. Hanya Tuhan lah yang kuasa atas itu semua.
Dulu di PM, ada Atang, Baso, Dulmajid, Said, dan raja yang menjadi shahibul menara
Kini di Unpad alif punya sahabat dekat Wira, Agam, Memet.
Pepatah ini memeng benar adanya “Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan” (Negeri 5 Menara, Hal xii)
Selama menjadi mahasiswa, alif aktif menjadi anggota majalah kutub , organisasi mahasiswa dibidang media. Bidang yang kelak mengantarkan si alif menjadi penulis terkenal seperti yang sekarang ini.
Bergabung Menjadi anggota majalah kutub, membuat alif harus melewati ujian terlebih dahulu dari dewan redaksi sebut saja Togar. Seorang mahasiswa yang sudah aktif menjadi Penulis. Ujian yang diberikan tidak tanggung-tangung. Di memberikan tugas kepada alif bahwa untuk bergabung menjadi anggota, maka malam ini juga alif harus menyiapkan berita kepadanya.
Wahhh,,gawat juga ya ini dewan redaksi..
Masa baru mau gabung, udah disuruh buat berita,,hanya semalam lagi.
Hmhmmmm, untung ya si alif saat di Pondok madani juga udah sering buat berita, jadi tidak kelabakan.
Teng,.,,teng
Alhasil setelah dengan perjuangan berat, dicoret beberapa kali oleh bang togar. Akhitnya alif mampu menyelesaikan tantangan membuat sebuah berita yang menarik. Sambil mengulurkan tangannya “selamat Bergabung Alif” semoga betah.
suatu ketika, sepucuk surat datang, itu surat dari amak mengabarkan alif harus pulang,,dengan segera alif bergegas pulang ke kampung.
Sesampainya di kampung, ternyata sang ayah sedang dirawat di rumah sakit, beberapa hari di kampung keadaan ayah berangsur membaik,,dan alif berencana kembali ke Bandung.
Namun tiba tiba suatu pagi yang mencekam, dingin, sunyi diiringi isak tangis dari amak...
‘alif...alif....liahatlah kondisi bapak” ucap amak
Dan ternyata tuhan punya rencana lain, ayah alif dipangiil oleh yang maha kuasa, kembali kepada pangkuannya.
Itu adalah momen dimana dunia terasa begitu kelam bagi alif yang baru saja kehilangan sang ayah, kini ia adalah satu satunya anak laki-laki yang bertanggung jawab di keluarganya. Sempat terfikirkan oleh alif bahwa ia kan berhenti kuliah dengan alasan akan membatu amak mencari uang untuk biaya hidup dan sekolah adik adiknya.
Namun, amak tidaklah rela kalau alif harus berhenti kuliah, alif harus menyelusaikan kuliah agar bisa mengubah kehidupan ia dan adik-adiknya diasa yang akan datang.
Kembali ke Bandung dalam suasana masih berduka, dalam kesedihannya ia ingat kata-kata “Wahai anakku, latihlah diri kalian untuk selalu bertopang pada diri kalian sendiri dan Allah” segala hal dalam hidup ini tidak abadi. Semua akan pergi silih berganti, kesusahan akan pergi kesenangan akan hilang akhirnya hanya tinggal urusan kalian sendiri dengan Allah” (Ranah 3 warna, Hal 101)
Semenjak kepergian ayahnya, otomatis alif tidak berani meminta lebih kepada amak untuk belanja bulanan, bahkan kadang uang yang dikirim sering kurang. sering kali untuk menghemat biaya, bangun pagi pagi alif bersama asto pergi ke dapur berharap masih ada sisa  nasi semalam, walau hanya tinggal keraknya saja, lumayan untuk mengganjal perut sampai siang.
Untuk bertahan hidup di rantau serta menahan gengsi alif melakukan apa saja pekerjaan yang penting halal untuk menambah uang saku. Ia menjajakan bordir kerangjang milik makuo randai setiap ada arisan ibu ibu, rapat, dan pertemuan lain. Sambil menjajakan produk dari Wira door to door.
*
Sadar, apa yang ia lakukan sekarang tidak sesuai dengan passion, alif memutar haluan kali ini ia harus serius, ia harus menjadi seorang penulis, dan akan mencoba memasukkan tulisannya ke media koran.
Berkali kali di tolak, berkali kali dia coba “Man jadda Wajada”
Alhasil setelah beberapa kali mencoba,,usaha alif berhasil. Tulisan ia dimuat di media koran yang terbit (waaahhhh perjuangan alif disini keren banget, untuk cerita detailnya silakan baca di bukunya langsung ya....)
“teguhkan hati untuk terus berjuang. Selesaikanlah apa yang ananda mulai” (R3W.hal 130)
“anak-anakku... dalam menjalani hidup, ananda pasti menghadapi banyak problrmatika kehidupan yang kadang terasa sangat berat, namun ananda janganlan sampai putus asa karena putus asa adalah penyakit yang menggagalkan perjuangan, harapan, dan cita-cita. Dekatkan diri dengan Allah selalu mohon hidayah dan taufiknya
Maka berbuatlah, berfikirlah, bekerjalah semaksimal mungkin menuju kesempurnaan” (dikutip di Ranah 3 Warna Halaman 132)
Semangat alif mulai pulih, dengan menulis ia terus melejit mengepakkan sayap impian dan kini ia mengikuti selesi menjadi duta muda bangsa ke beberapa negara ASEAN. melewati berbagai tahapan, akhirnya alif dinyatakan lulus sebagai Duta Asean, mereka akan pergi ke Amerika. Ini adalah impian alif untuk bisa menginjakkan kaki di Luar negeri. Satu mimpi alif telah tercapai.
Liahatlah kini mimpi  di bawah menara Pondok madani telah terukir. Awan-awan yang dulu hanya imajinasi benar benar terjadi.
Allah kuasa atas semua rencana, allah punya seribu cara untuk mengabulkan setia doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar