Judul : Anak Rantau
Penulis : Ahmd Fuadi
Penerbit : PT. Falcon
Cetakan : Pertama, Juli 2017
Tebal : 382 halaman
ISBN : 978-602-60514-9-3
Peresensi : @hamsiah.hBuku ini ditulis Ahmad Puadi, penulis yang sebelumnya telah melahirkan buku Best Seller “Trilogi 5 Menara” yaitu negeri 5 menara, Ranah 3 Warna, Rantau 1 Muara. Sebaimana buku sebelumnya karya Ahmad fuadi kali ini juga sukses menarik minat pembaca untuk memilikinya. Maka tidak salah jika kemudian buku anak rantau ini banyak diminati.
Dalam buku ini Ahmad Fuadi
berhasil mengajak para pembaca terhanyut dari kisah yang ditulisnya, antara
hubungan rantau-kampung, luka-obat, dendam-rindu, serta kekuatan memaafkan dan
melupakan.
Lewat buku ini secara tidak
langsung, Ahmad Fuadi juga mengkisahkan adat istiadat minang kabau, pendidikan
dengan sistem kembali ke surau.
Dahulu sekali, anak-anak
laki-laki minang, menuntut ilmu tidak hanya disekolah, pulang sekolah mereka ke
surau untuk menuntut ilmu agama, dan menginap bersama teman-teman sebaya.
Pulang kerumah hanya sekedar untuk makan. Cara ini terbukti banyak para
cendikiawan yang lahir dari ranah minang tercinta. Sebut saja M. Hatta seorang
pejuang Republik Indonesia, Letnan Kolonel Ahmad Husein. Buya Hamka seorang
penulis yang karyanya masih hidup sampai saat ini. Dan masih banyak lagi.
Selama proses belajar di surau, Malam
hari nya mereka dilatih seni bela diri khas minang yaitu Silek
Kisah bermula, ketika kehidupan
Hepi seorang anak Jakarta berketurunan Minang. Yang terpaksa dititipkan oleh
ayahnya ke kampung halaman guna menghindari pengaruh pergaulan hidup
diperkotaan. Maklum saja ketika itu martiaz ayah nya hepi adalah seorang
singgel parens yang harus mengurus hepi
beserta kakaknya, juga mengurus usahanya dibidang percetakan yang super sibuk
sehingga waktu untuk merawat hepi agak tersita.
Khawatir dengan perkembangan
hepi, ayah mengajak Pulang ke kekampung menghabiskan waktu liburan, tentunya
menjadi momen setiap anak usia hepi
melepaskan hiruk pikuk dikota namun siapa sangaka sang ayah tanpa
kompromi menitipkan hepi sementara tinggal di kampung bersama kakek dan nenek.
Memon ini menjadi pertanyaan
besar bagi hepi
Kenapa saya ditinggalkan, apakah
ayah tidak sayang kepada saya???
Pertanyaan ini selalu menjadi
dendam bagi hepi,
Dendam yang ia sendiri juga tidak
mengerti,,yang jelas dia berusaha keras mengumpulkan uang untuk membeli tiket
agar bisa kembali ke Jakarta.
Konflik ini akan mengiringi
pembaca dalam judul Anak Rantau ini.
Hepi adalah sosok anak laki-laki
yang hebat, namun diawal membuat dia kesulitan menyesuaikan suana dipesedaan,
untungnya ada sahabat yang selalu menjadi teman dan tim yang solid bagu hepi,
Attar dan Zen.
Bagian yang paling membuat pembaca
hanyut dalam cerita ini adalah ketika hepi nekat dengan ide nya untuk pergi
kerumah tua, untuk minta bantuan agar bisa diajari mencetak uang, agar bisa
membeli tiket buat pulang ke Jakarta. yang oleh masyarakat tidak ada yang
berani memasuki rumah tua tersebut. Karena terlihat angker dan misterius yang
dihuni oleh Paduka Lamo. juga telah dibumbui oleh gosip-gosip masyarakat yang
tidak baik terhadap menghuni rumah tua tersebut.
Hepi dengan keberaniannya dan
rasa penasarannya mengajak Attar dan Zen membuat sebuah misi untuk masuk
kerumah yang disebut warga angker itu.
Dipertemuan awal hepi dengan sang
kakek bernama Paduka Lamo, masih dengan suasana tegang. Kakek yang selama ini
diasingkan oleh warga dan sering dijadikan kambing hitam jika ada kerusuhan
warga. Pertemuan pertama hepi tidak memperoleh jawaban dari maksud ia datang ke
rumah tua tersebut.
Setelah pertemuan ketiga hepi
memberani kan diri megutarakan maksud dan tujuannya bertemu kakek Paduka Lamo,
yakni ingin mengetahui bagaimana cara mencetak uang.
Namun apa yang didapati hepi??
Sang kakek membawa hepi kesebuah
ruangan rahasia. Disana kakek menunjukkan kepada hepi bahwa disinilah mesin
pencetak uang yang ia miliki. Diruangan itu kakek menunjukkan kepada hepi
sebuah mesin ketik dan rak rak buku banyak.
Ternyata sang kakek adalah
seorang penulis, yang menghasilkan banyak karya lewat tanggannya.
Dari sang kakek inilah hepi
banyak mempelajari ilmu spritual
Seperti dikutip dalam halaman
pada buku ini
“Bagaimana sedih dan merasa terbuang itu melemahkan, bagaimana terlalu
berharap kepada manusia dan makhluk itu mengecewakan. Jadi kalu merasa
ditinggalkan, jangan sedih. Kita akan selalu ditemani dan ditemukan oleh yang
lebih penting dari semua ini. Jagan takut sewaktu menjadi orang terbuang.
Takutlah pada kita yang membuang waktu. (Hal 255)
Kalaulah kita mengambil makna
dari kalimat diatas, sungguh suatu makna yang sangat dalam, dibuang dan
ditinggalkan itu sangatlah menyedihkan, namun yakinlah semuanya akan berubah
akan datang dimana semua kesedihan akan berlalu.
Freud dalam buku Jangan Lupa
Bahagia mengatakan “suatu hari, ketika
kita mengingat masa lalu, tahun-tahun yang penuh jerih payah akan berubah
menjadi tahun-tahun yang paling indah”.
Kita memang tidak bisa mengubah
masa lalu, namun masa depan kita masih punya kesempatan untuk diperbaiki Merdekakan jiwa, merdekakan
fikiran, dari penjajahan pribadi yang kita buat sendiri-sendiri, dari amarah
dan dendam
Maafkan, maafkan, maafkan
Lalu lupakan.
Membaca novel ini, kita akan
dihadapkan pada petualangan hepi yang berani, cerdas.
Kecerdasannya patut diacungi
jempol meski hepi dibesarkan tanpa sosok seorang ibu dalam hidupnya. Novel ini
menggagas tentang kegigihan yang dipadukan dengan kisah persahabatan,
melepaskan dendam, meaafkan, serta kerinduan. Membuat kita seperti melihat
langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Hanya saja dibagian awal novel
ini agak sedikit membosankan, karena alur masih susah untuk dimengarti. Baru
setelah beberapa bab alur cerita mulai kelihatan.
Namu terlepas dari seua kekurangan, novel ini banyak
mengajarkan untuk tidak memiliki dendam, karena dendam akan melukai diri
sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar