Trilogi 5 Menara
(Novelis Asal Minang)
Peresensi : @hamsiah.h
Judul Buku :
Negeri 5 Menara
Penulis :
A. Fuadi
Penerbit :
PT. Gremedia Pustaka Utama
Cetakan :
Pertama Juli 2009, Kesebelas April 2011
Jumlah halaman: 423
Judul Buku :
Ranah 3 Warna
Penulis :
A. Fuadi
Penerbit :
PT. Gremedia Pustaka Utama
Cetakan :
Pertama januari 2011, Keempat Juli 2011
Jumlah halaman : 473
Judul Buku Rantau 1 Muara
Penulis :
A. Fuadi
Penerbit :
PT. Gremedia Pustaka Utama
Cetakan :
Mei 2013
Jumlah halaman: 401
Di buku pertama,,"Negeri 5
Menara", penulis banyak menceritakan kehidupan seorang alif Tinggal dan
belajar banyak di pondok pesantren, tepat nya di pondok Madani,,yang berlokasi
jauh sekali dari kampung halaman Maninjau, Sumatera Barat. Untuk Sampai di
pondok Madani yang kala itu masih menggunakan transportasi darat,,alif kecil
harus menempuh perjalanan selama tiga hari untuk sampai di provinsi Jawa Timur,
tepatnya di Pondok Madani.
Alif yang cita cita nya adalah
menjadi seorang insinyur, jelas menolak permintaan Amak (Ibu) untuk melanjutkan
sekolah agama, ia merasa ilmu agama sudah cukup ia pelajari di madrasah
Tsanawiyah (MTSN) atau setingkat SMP,,,,dia bahkan sudah punya rencana,,kelak
setamat Madrasah Tsanawiyah ia akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA)
bersama sahabat nya Randai akan belajar dengan gigih supaya kelak mereka di
terima di kampus ternama ITB, kampus yang bapak BJ Habibie juga pernah belajar
disana.
Namun,, semua rencana dan harapan
alif,,harus kandas di jalan karena amak tetap bersikukuh bahwa alif harus
melanjutkan sekolah agama,,amak berprisip "Amak ingin memberikan anak yang
terbaik untuk kepentingan agama" (hal. 9).
Mogok pun dilakukan
alif,,,mengurungkan diri dikamar berharap keputusan amak bisa berubah, namun
hasilnya tetap NIHIL.
Sadar akan pepatah “Surga dibawah
telapak kaki ibu” akhirnya alif menuruti permintaan amak, dengan syarat, bahwa ia akan melanjutkan
sekolah agama di luar Sumatera Barat....
....
Masuk ke pesantren dengan gampang
tanpa perlu melewati tahap seleksi seperti sekolah umum adalah ekspektasi yang
alif bayangkan. Namun diluar dugaan, ada dua ribuan orang anak yang datang ke
Pondok Madani untuk mengikuti tes masuk bersaing untuk bisa menimba ilmu di PM.
Dan hanya bisa diterima empat ratus orang siswa,,, persaingan yang ketat banyak
yang akan didiskulalifikasi
Beruntung, saat pengumunan
kelulusan alif diterima di Pondok Madani.
Suatu keberuntungan besar bisa di PM. di PM alif bertemu dengan
sahabat-sahabat dari berbagai provinsi sebut saja Atang dari Bandung, Raja dari
Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Madura dan Baso yang kelak mereka
menamakan diri Shahibul Manara artinya mereka sering belajar dan ngumpul
dibawah Menara yang ada di Pondok madani . disini juga mereka mulai membangun impian masa depan
masing-masing.
Alif adalah sosok, yang
menggambarkan awan-awan langit Pondok Madani sebagai Benua Amerika
Raja, yang memilika imajinasi
lain menggambarkan awan-awan sebagai benua Eropa
Atang dan Baso punya juga punya
imajinasi bahwa awan-awan itu merupakan bentuk Kontigen Benua Asia dan Afrika,
Timur Tengah
Terakhir Said dan Dulmajid,
mereka tetap cinta indonesia, dan menggambarkan awan-awan adalah Indonesia.
Kelak pada masing-masing impian
yang mereka ucapkan di bawah menara PM berhasil mereka capai dengan cara
masing-masing.
Dilanjutkan dengan novel kedua
“Ranah 3 Warna”.
“Man Jadda Wajada” (Hal 40)
Adalah kalimat yang menjadi
senjata paling ampuh yang selama alif menimba ilmu di Pondok Madani “Siapa yang
bersungguh-sungguh pasti berhasil”.
Kalimat ini selalu di tanam dalam
hati, bahwa yang bersungguh sungguh pasti akan berhasil.
Berada di PM tidak lah segampang
seperti membalikkan telapak tangan, penegakan disiplin yang ketat, mengharuskan
setiap siswa menaati semua peraturan yang telah dibuat. Di PM para siswa
diajarkan untuk disiplin mulai dari hal yang sangat kecilpun hingga yang besar
yang berujung dikeluarkan dari PM. Mulai dari bahasa sehari-hari, jam bangun,
jam tidur, jam makan, apasaja jenis makanan, label nama yang juga harus di
sematkan setiap hari. Dan masih banyak lagi peraturan lain. para siswa harus
menggunakan bahasa inggris dan bahasa arab diwaktu yang telah ditetapkan.
Perlahan namun pasti alif yang
sedari awalnya menolak untuk masuk pesantren dan hanya akan mencoba selama
setahun akhirnya luluh dan menikmati selama menjadi santri di Pondok Madani.
Libur semester adalah waktu yang
paling ditunggu-tunggu oleh santri yang ada di PM. Selama libur mereka bebas
dari semua peraturan ketat Pondok, para santri juga diperbolehkan untuk kembali
ke kampung halaman. Namun berbeda dengan alif dan Baso, mereka memutuskan untuk
tidak pulang ke kampung halaman, bukan karena tidak ingin, namun kendala mereka
ada pada uang saku yang dikirim dari kampung belum juga sampai saat liburan
datang. Alhasil mereka memilih untuk tinggal di pondok.
Rencana berubah saat Atang
mengajak keduanya untuk ikut liburan ke Bandung. Suatu momen yang belum pernah
dirasakan sebelumnya oleh alif dan Baso, sesampainya di bandung Atang juga Alif
dan baso ke mengunjungi ITB kampus yang selama ini diidam-idamkan.
Ternyata benar “Rizki Allah itu
Luas, Allah memberika Rizki kepada siapa yang ia kehendaki”.
Alif dan Baso yang sebelumnya
tidak punya uang saku, namun allah berkehendak lain, dibandung dengan bekal ilmu
yang mereka peroleh dari PM, mereka di percaya mengisi sebuah ceramah agama di
salah satu mesjid di Unpad, dengan penuh percaya diri Alif yang memeng jago
berbahasa inggris memberika pidato dalam dengan penuh percaya diri.
Sementara baso, membawakan pidato
dalam bahasa arabnya yang fasih.
Empat tahun berlalu, pertanda
perjuangan para alif dan kawan seangkatan akan berakhir di PM, mereka harus
mengikuti ujian akhir di PM. Selama menimba ilmu di PM karakter santri telah
ditempa dan dibentuk menjadi seorang pemimpin.
“Setiap orang adalah pemimpin,
tidak peduli siapapun paling tidak untuk mereka sendiri.
Para santri dilepas, untuk
melanjutkan perjuangan demi masa depan yang mereka impikan.
Mereka telah diajari memahami
arti kerja keras, seperti kutipan “ada dua hal yang paling penting dalam
mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu going the extra miles. Tidak menyerah
dengan rata-rata. Lebihkan usaha, waktu, upaya, tekad dan sebagainya.
Resep yang kedua adalah tidak
mengizinkan diri dipengaruhi oleh unsur dari luar, oleh siapapun, apapun, dan
suasana bagaimanapun. Artinya jangan mau sedih, marah, kecewa dan takut karena
faktor luar, kita lah yang berkuasa atas diri sendiri.” hal. 107
..........
lanjutan dari kisah alif kecil di
pondok berlanjut pada buku kedua ini "Ranah 3 Warna".
Dalam buku ranah 3 warna, penulis
lebih banyak menceritakan kisah hidupnya setelah tamat dari pesantren PM dan
harus berjuang untuk masuk perguruan tinggi. Serta kisah selama menjadi mahasiswa, bagaimana semangat,
usaha dan ujian yang dialaminya. Yang kelak semua penderiaan itu akhirnya
tebayar dengan prestasi yang diperoleh . Lengkap perjuangan bagaimana alif
menjadi duta untuk indonesia di Amerika. Adalah Suatu mimpi yang besar yang
diwujudkan alif bisa menjejekkan kaki di luar negeri.
Perjuangan alif tidak berhenti
setelah menamatkan PM (Pondok madani), alif harus belajar lebih keras lagi
karena pada masa itu, PM tidak mengeluar
ijazah seperti sekolah umum lainnya. Jadi alif tamat bukti legal yang sah untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi.
Semangat pantang menyerah,
membuat ia belajar sekuat tenaga ia punya kesempatan untuk mengikuti ujian
persamaan SMA atau Paket C agar bisa ikut UMPTN (Ujian bersama masuk perguruan
Tinggi Negeri). Segala usaha ia lakukan agar mampu mengejar ketertinggalan
pelajaran SMA dari kelas X hingga XII. Ia pinjam buku Randai dan bertanya jika
ada yang belum ia mengerti.
Usaha memang tidak pernah
menghianati hasil, alif dengan usaha maksimalnya akhirnya berhasil melewati
satu tantangan yaitu lulus mengikuti ujian persamaan. Paket C.
Perjuangan berlanjut, kini alif
harus extra belajar lebih agar mampu bersaing diantara siswa pelamar yang juga
merebutkan kursi untuk bisa kuliah di Universitas Favorit. Banyak yang
meremehkan cita-cita alif untuk masuk Universitas karena mereka beranggapan
bahwa tamatan pondok sulit untuk bersaing di UMPTN. Namun alif dengan kerja
kerasnya membuktikan bahwa semua keraguan terhadap dirinya tidak lah benar.
“Man Jadda Wajadda” Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Kali ini alif harus mengubah
haluan. Ia sadar ia keteteran untuk pelajaran hitungan. Jelas tidak mungkin
jika harus kekeh ingin ke ITB, dengan berat hati keputusan memilih jurusan IPS
adalah jalan satu-satunya agar bisa di terima di Perguruan Tinggi Negeri.
Hari yang ditungu-tunggu,
akhirnya datang dengan pesaraan karuan deg degan, cemas, takut. Karena Hari ini
adalah pengumunan hasi seleksi UMPTN. Karena pada masa itu infomasi masih
sangat mahal harganya. Dan alat komunikasi belum secanggih sekarang. Alif harus
menunggu koran dari kota untuk bisa melihat hasil dari UMPTN.
Tint...ting....
Hening seketika,,,,mata alif
kesana kemari melihat nomor ujian yang ia simpan. Dan dengan senyum penuh
bahagia ia menemukan satu nama yaitu “Alif Fikri”. Tanda nya ia sah di terima
di Unpad di jurusan hubungan internasional.
Doa alif didengarkan oleh tuhan,
mesikupun bukan di ITB, tapi di Unpad
Tuhan itu memberika sesuatu yang
terbaik buat hambanya, yang lebih cocok, baik untuk kehidupan sekarang dan masa
yang akan datang. Karena kita tidak tau apa kejadian di masa depan yang terbaik
untuk kita jalani. Hanya Tuhan lah yang kuasa atas itu semua.
Dulu di PM, ada Atang, Baso,
Dulmajid, Said, dan raja yang menjadi shahibul menara
Kini di Unpad alif punya sahabat
dekat Wira, Agam, Memet.
Pepatah ini memeng benar adanya
“Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan” (Negeri 5
Menara, Hal xii)
Selama menjadi mahasiswa, alif
aktif menjadi anggota majalah kutub , organisasi mahasiswa dibidang media.
Bidang yang kelak mengantarkan si alif menjadi penulis terkenal seperti yang
sekarang ini.
Bergabung Menjadi anggota majalah
kutub, membuat alif harus melewati ujian terlebih dahulu dari dewan redaksi
sebut saja Togar. Seorang mahasiswa yang sudah aktif menjadi Penulis. Ujian
yang diberikan tidak tanggung-tangung. Di memberikan tugas kepada alif bahwa
untuk bergabung menjadi anggota, maka malam ini juga alif harus menyiapkan
berita kepadanya.
Wahhh,,gawat juga ya ini dewan
redaksi..
Masa baru mau gabung, udah
disuruh buat berita,,hanya semalam lagi.
Hmhmmmm, untung ya si alif saat
di Pondok madani juga udah sering buat berita, jadi tidak kelabakan.
Teng,.,,teng
Alhasil setelah dengan perjuangan
berat, dicoret beberapa kali oleh bang togar. Akhitnya alif mampu menyelesaikan
tantangan membuat sebuah berita yang menarik. Sambil mengulurkan tangannya
“selamat Bergabung Alif” semoga betah.
suatu ketika, sepucuk surat
datang, itu surat dari amak mengabarkan alif harus pulang,,dengan segera alif
bergegas pulang ke kampung.
Sesampainya di kampung, ternyata
sang ayah sedang dirawat di rumah sakit, beberapa hari di kampung keadaan ayah
berangsur membaik,,dan alif berencana kembali ke Bandung.
Namun tiba tiba suatu pagi yang
mencekam, dingin, sunyi diiringi isak tangis dari amak...
‘alif...alif....liahatlah kondisi
bapak” ucap amak
Dan ternyata tuhan punya rencana
lain, ayah alif dipangiil oleh yang maha kuasa, kembali kepada pangkuannya.
Itu adalah momen dimana dunia
terasa begitu kelam bagi alif yang baru saja kehilangan sang ayah, kini ia
adalah satu satunya anak laki-laki yang bertanggung jawab di keluarganya.
Sempat terfikirkan oleh alif bahwa ia kan berhenti kuliah dengan alasan akan
membatu amak mencari uang untuk biaya hidup dan sekolah adik adiknya.
Namun, amak tidaklah rela kalau
alif harus berhenti kuliah, alif harus menyelusaikan kuliah agar bisa mengubah
kehidupan ia dan adik-adiknya diasa yang akan datang.
Kembali ke Bandung dalam suasana
masih berduka, dalam kesedihannya ia ingat kata-kata “Wahai anakku, latihlah
diri kalian untuk selalu bertopang pada diri kalian sendiri dan Allah” segala
hal dalam hidup ini tidak abadi. Semua akan pergi silih berganti, kesusahan
akan pergi kesenangan akan hilang akhirnya hanya tinggal urusan kalian sendiri
dengan Allah” (Ranah 3 warna, Hal 101)
Semenjak kepergian ayahnya,
otomatis alif tidak berani meminta lebih kepada amak untuk belanja bulanan,
bahkan kadang uang yang dikirim sering kurang. sering kali untuk menghemat
biaya, bangun pagi pagi alif bersama asto pergi ke dapur berharap masih ada
sisa nasi semalam, walau hanya tinggal
keraknya saja, lumayan untuk mengganjal perut sampai siang.
Untuk bertahan hidup di rantau
serta menahan gengsi alif melakukan apa saja pekerjaan yang penting halal untuk
menambah uang saku. Ia menjajakan bordir kerangjang milik makuo randai setiap
ada arisan ibu ibu, rapat, dan pertemuan lain. Sambil menjajakan produk dari
Wira door to door.
*
Sadar, apa yang ia lakukan
sekarang tidak sesuai dengan passion, alif memutar haluan kali ini ia harus
serius, ia harus menjadi seorang penulis, dan akan mencoba memasukkan
tulisannya ke media koran.
Berkali kali di tolak, berkali
kali dia coba “Man jadda Wajada”
Alhasil setelah beberapa kali
mencoba,,usaha alif berhasil. Tulisan ia dimuat di media koran yang terbit
(waaahhhh perjuangan alif disini keren banget, untuk cerita detailnya silakan
baca di bukunya langsung ya....)
“teguhkan hati untuk terus
berjuang. Selesaikanlah apa yang ananda mulai” (R3W.hal 130)
“anak-anakku... dalam menjalani
hidup, ananda pasti menghadapi banyak problrmatika kehidupan yang kadang terasa
sangat berat, namun ananda janganlan sampai putus asa karena putus asa adalah
penyakit yang menggagalkan perjuangan, harapan, dan cita-cita. Dekatkan diri
dengan Allah selalu mohon hidayah dan taufiknya
Maka berbuatlah, berfikirlah,
bekerjalah semaksimal mungkin menuju kesempurnaan” (dikutip di Ranah 3 Warna
Halaman 132)
Semangat alif mulai pulih, dengan
menulis ia terus melejit mengepakkan sayap impian dan kini ia mengikuti selesi
menjadi duta muda bangsa ke beberapa negara ASEAN. melewati berbagai tahapan,
akhirnya alif dinyatakan lulus sebagai Duta Asean, mereka akan pergi ke
Amerika. Ini adalah impian alif untuk bisa menginjakkan kaki di Luar negeri.
Satu mimpi alif telah tercapai.
Liahatlah kini mimpi di bawah menara Pondok madani telah terukir.
Awan-awan yang dulu hanya imajinasi benar benar terjadi.
Allah kuasa atas semua rencana,
allah punya seribu cara untuk mengabulkan setia doa.